Jumat, 10 Desember 2010

MAKALAH SEMINAR

MAKALAH SEMINAR
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN
Disusun untuk memenuhi syarat menempuh mata kuliah seminar
fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia



















Disusun oleh :

BAHRUDIN RASYID
(07.02022.890)



FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS MADURA
2010




KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah, penulis haturkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmatNya penulis telah mampu menyelesaikan penyusunan makalah seminar yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Metode Kooperatif Tipe STAD dalam Kemampuan Membaca Pemahaman”
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak. Karena itu, melalui pengantar ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Drs.H. Kutwa M.Pd selaku pembantu rector 1 Universitas Madura dan dosen pembimbing mata kuliah seminar yang telah banyak member petunjuk dam masukan dalam makalah ini.
2. Bapak Tauhed Supratman M.Pd, selaku Kajur Bahasa Indonesia FKIP Universitas Madura
3. Rekan seprofesi dan semua pihak yang ikut membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat dalam upaya meningkatkan wawasan dan perbendaharaan ilmu pengetahuan kita.
Pamekasan , desember 2010


Penulis






LEMBAR PENGESAHAN

Makalah Seminar
Judul : Penerapan Pembelajaran Metode Kooperatif Tipe STAD dalam
Kemampuan Membaca Pemahaman
Nama : Bahrudin Rasyid
NPM : 07.02022.890

Telah disetujui untuk diseminarkan dalam rangka mata kuliah seminar, jurusan pendidikan bahasa dan sastra fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Madura.

Hari….. Pamekasan,…. Desember 2010
Dosen Pembimbing

(Drs.H.Kutwa M.Pd )





DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………. i
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………... ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………….. iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah………………………………………….. 1
B. Permasalahan……………………………………………………... 4
1. Rumusan masalah…………………………………………… 4
2. Penegasan konsep variable………………………………….. 5
3. Deskripsi Masalah…………………………………………… 5
4. Batasan masalah…………………………………………….. 8
C. Tujuan Pembahasan………………………………………………. 8
D. Pengertian Istilah Dalam Judul…………………………………… 9
E. Sistematika Penulisan…………………………………………….. 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD…………… 11
B. Tinjauan tentang membaca pemahaman isi bacaan………………. 18
C. Penerapan pembelajaran metode kooperatif tipe STAD
dalam kemampuan membaca pemahaman……………………….. 21
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………….. 24
B. Saran……………………………………………………………… 25
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. 26





BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Seseorang dianggap belajar sesuatu apabila apabila ia menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Namun yang dimaksud stimulus dan respon tersebut harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat di ukur. Dengan kata lain, walaupun ia mengakui adanya perubahan-perubahan dalam diri seseorang selama proses belajar,namun ia hal-hal tersebut sebagai factor yang tak perlu diperhitungkan.
Knirk & Gustafson (dalam Asri 2005:15) menjelaskan bahwa Pembelajaran merupakan setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar.
Dimyati & Mudjiono (2005:49) menjabarkan bahwa Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Pembelajaran menurut Surya, (2004:15) Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Gagne dan Briggs (dalam Asri Budiningsih 1979:49 ) mengungkapkan Pengertian Pembelajaran sebagai suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.
Dari beberapa Pengertian Pembelajaran di atas, dapat ditarik kesimpulan mengenai Pembelajaran, bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. (definisi-pengertian.blogspot.com)
Sesuai dengan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di SMP, diantaranya yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan untuk menikmati dan memanfaatkan bacaan untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampan berbahasa sekaligus dapat menghargai atau memahami bacaan yang mereka baca. Sehingga mencapai tujuan yang menjadi cikal bakal masa mereka kedepannya. Maka untuk mencapai tujuan tersebut harus dikembangkan melalui belajar.
Belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Disadari atau tidak, dalam satu kelas guru akan menjumpai perbedaan kemampuan awal siswa yang satu dengan siswa yang lain. Perbedaan ini misalnya dalam kemampuan belajar, cara belajar dan kepribadian masing-masing siswa. Setiap siswa memiliki keammpuan yang beragam dalam menyerap materi pelajaran. Keanekaragaman kemampuan awal siswa akan berpengaruh terhadap penguasaan konsep belajar siswa (Slameto, 1995: 2), termasuk dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Fenomena yang ada saat ini, terkait dengan pembelajaran bahasa Indonesia di SMP khusunya tentang sastra masih kurang mampu dipahami oleh siswa sehingga sisiwa mengalami kesulitan dalam mendeskripsikannya. Hal itu, karena sebagian besar pembelajaran yang dilakukan di SMP selama ini menggunakan metode ceramah sehingga keberhasilan metode ini sangat tergantung pada keammpuan guru dalam menguasai bahan materi apalagi penerapan metode ini juga dapat menimbulkan kejenuhan kepada siswa dan tidak dapat merangsang perkembangan kreatifitas siswa dalam proses belajar.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, diperlukan adanya pemilihan metode pembelajaran yang tepat. Salah satu metode yang biasa digunakan dalam pembelajaran bahasa yaitu metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Metode pembelajaran ini menitik beratkan pada kemampuan untuk membentuk tim atau kelompok serta mengelolanya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan siswa dituntut bekerjasama dengan kelompoknya agar tercapai tujuan belajar bagi diri pribadinya maupun bagi keseluruhan anggota kelompoknya. Metode ini diharapkan dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran, misalnya dalam memahami isi bacaan yang mereka baca.
Berdasarkan uraian diatas menulis merasa terdorong untuk mengkaji suatu metode pembelajaran yang efektif dalam memahami materi dengan mudah dan menarik dalam pelajaran bahasa Indonesia yanitu pada penerapan penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap kemampuan memahami isi bacaan. Karena dengan penerapan metode STAD ini diharapkan mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam berpendapat, bekerjasama, sehingga dengan demikian akan berpengaruh pada penguasaan siswa terhadap materi ajar

B. PERMASALAHAN

1. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul dan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut :
“Bagaimanakah Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Kemampuan Memahami Isi Bacaan”

2. Penegasan Konsep Variabel

Untuk menghindari adanya salah tafsir atau kesalahan persepsi terhadap judul yang terdiri, maka perlu adanya penegasan konsep variabel sebagai batasan operasional yaitu:
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran untuk meningkatkan keaktifan dalam berpendapat, bekerja sama dengan kelompok kecil siswa pada kemampuan memahami isi bacaan.

3. Deskripsi Masalah

Deskripsi masalah yang dikaji dalam makalah ini yaitu mengenai kajian kepustakaan tentang “
a) Deskripsi pembelajaran kooperatif tipe STAD
Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan suatu model pembelajaran melalui pembagian kelompok belajar heterogen (laki-laki dan perempuan)dengan 4-5 siswa yang mewakili seluruh bagian kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. (Slavin dalam Narulita,2010:149)
Gagasan utama dari STAD adalah memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Jika pra siswa agar timnya mendapatkan penghargaan tim, mereka harus membantu teman satu timnya untuk mempelajari materinya. Mereka boleh bekerja berpasangandan membandingkan jawaban masing-masing, mendiskusikan setiap ketidaksesuaian, dan saling membantu satu sama lain.
Meski para siswa belajar bersama, mereka tidak boleh saling membantu dalam mengerjakan kuis. Tiap siswa harus tahu materinya. Tanggung jawab individual seperti ini memotivasi siswa untuk memberi penjelasan dengan baik satu sama lain, karena satu-satunya cara bagi tim utnuk berhasil adalah dengan membuat semua anggota tim menguasai informasi atau kemampuan yang diajarkan. Karena skor tim didasarkan pada kemajuan yang dibuat anggotanya dibandingkan hasil yang dicapai sebelumnya. Sehingga semua siswa mempunyai kesempatan untuk menjadi bintang.

b) Deskripsi memahami isi bacaan

Membaca bukanlah suatu kegiatan yang berdiri sendiri, melainkan suatu sintesis berbagai proses yang tergabung ke dalam suatu sikap pembaca aktif. Proses membaca yakni membaca sebagai proses psikologi, membaca sebagai sensori, membaca sebagai proses perceptual, membaca sebagai proses perkembangan, dan membaca sebagai perkembangan keterampilan. Sebagai proses psikologi membaca itu erkembangannya akan dipengaruhi oleh hal-hal yang sifatnya psikologi pembaca, seperti intelegensi, usia mental, jenis kelamin, tingkat social ekonomi, bahasa,ras, kepribadian, sikap, pertumbuhan fisik, kemampuan persepsi, tingkat kemampuan membaca. Diantara faktor-faktor tersebut menurut Harris (1970), bahwa factor terpenting dalam masalah kesiapan membaca yaitu intelejensi umum.
Membaca sebagai proses sensori mengandung pengertian bahwa kegiatan membaca itu dimulai dengan melihat. Stimulus masuk lewat indra penglihatan mata.
Membaca sebagai proses perceptual mengandung pengertian bahwa dalam membaca merupakan proses mengasosiasikan makna dan interpretasi berdasarkan pengalaman tentang stimulus atau lambang, serta respons yang menghubungkan makna dengan stimulus atau lambang tersebut. Membaca sebagai proses perkembangan mengandung arti bahwa membaca itu pada dasarnya merupakan suatu proses perkembangan yang terjadi sepanjang hayat. Sedangkan membaca sebagai perkembangan keterampilan mengandung arti membaca merupakan sebuah keterampilan berbahasa yang sifatnya objektif, bertahap, bisa digeneralisasikan, merupakan perkembangan konsep, pengenalan dan identifikasi, serta merupakan interpretasi mengenai informasi.

4. Batasan Masalah

Penulis melihat berbagai minat dan tujuan mereka bervariasi, maka perlu dicari teknik pembelajaran yang lebih efektif digunakan untuk kondisi tertentu. Teknik atau model yang lebih tepat untuk mencapai tujuan ini memerlukan pengkajian berbagai metodologi dan strategi pembelajaran. Setelah peneliti menguraikan berbagai permasalahan yang sebenarnya termasuk lingkup tema permasalahan, penulis mencoba memusatkan perhatian pada teknik / model STAD untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa.oleh sebab itu penulis memabtasi masalah-masalah dalam makalah ini sebagai berikut :
“Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam Kemampuan Membaca Pemahaman”

C. TUJUAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara teoritis mengenai penerapan penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap kemampuan memahami isi bacaan.

D. PENGERTIAN ISTILAH DALAM JUDUL

Terkait beberapa istilah yang menjadi kata kunci dalam judul penelitin ini, maka perlu diberi pengertian yang jelas agar tidak terjadi salah tafsir yaitu :
• Penerapan adalah penggunaan atau perihal mempraktekkan (tim reality, 2008 : 581)
• Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan suatu model pembelajaran melalui pembagian kelompok belajar heterogen (laki-laki dan perempuan)dengan 4-5 siswa yang mewakili seluruh bagian kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Kelompok-kelompok tesebut mewakili seluruh bagian kelas didalam kelas yang terdiri dari separuh laki-laki separuh perempuan tiga seperempat kulit putih dan seperempat minoritas boleh juga membentuk kelompok yang terdiri dari 4 orang yang terdiri dari dua laki-laki dan dua perempuan dan tiga siswa kulit putih dan satu siswa minoritas.
• Membaca adalah proses untuk memperoleh pengertian dari kombinasi beberapa huruf dan kata. Menurut juel (1988:80) mengartikan bahwa membaca adalah proses untuk mengenal kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan. Membaca juga diartikan kegiatan menelusuri, memahami hingga mengeksplorasi rangkaian huruf-huruf dalam tulisan atau bacaan bahkan gambar.
• Bacaan adalah berupa buku/ sebagainya untuk dibaca atau diartikan sebagai penafsiran sebuah kalimat, memahami isi bacaan berarti mengerti secara keseluruhan melalui proses penelaahan suatu makna dari runtutan kalimat yang tersusun dari kata-kata yang saling berhubungan dalam suatu bacaan.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memperoleh pembahasan yang sistematis, kmposisi dalam makalah ini ditulis menjadi tiga bagian, yaitu pendhuluan, kajian pustaka, dan penutup.
Bab I yaitu Pendahuluan, terdiri atas latar belakang masalah, permasalahan (rumusan masalah, penegasan konsep variabel deskripsi masalah, batasan masalah); tujuan pembahasan, pengertian istilah dalam judul, dan sistematika penulisan.
Bab II yaitu kajian pustaka yang berisi landasan teori . tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD, kemampuan memahami isi bacaan, dan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD
Bab III yaitu penutup, yang berisi kesimpulan dan saran.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TENTANG PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

1. Pengertian tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD
a. Pegertian Pembelajaran
Gagne (dalam Saputra, dkk, 2003:31) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang diciptakan dan drancang untuk mendorong, menggiatkan dan mendukung kegiatan siswa.
Sedangkan Saputra, dkk, (2005:05) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah tindakan yang dirancang untuk menghasilkan terjadinya proses belajar.
Jadi, pada hakikatnya pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dan lingkungannya sehingga terjadi perubahan tigkah laku kearah yang lebih baik, dalam interaksi tersebut banyak sekali factor yang mempengaruhinya, baik faktr internal yang dating dari indivdu maupun factor eksternal yang datang dari lingkungan. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan tingkah laku.

b. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (dalam Narulita 2010:08) dalam pembelajaran kooperatif, akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan guru. Sebagai contoh misalnya, dalam metode yang disebut Student Teams-Achievement Division (STAD)
Cohen (dalam Risnawati,2005:18) juga mengemukakan pembelajaran kooperatif meliputi belajar berkolaborasi, belajar secara kooperatif, dan kerja kelompok. Hal itu menunjukkan arti sosiologis yaitu penekanannya pada aspek tugas-tugas kolektif yang dikerjakan secara kelompok. Sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dalam membimbing siswa penyelesaikan materi tugas.
Jadi, pembelajaran kooperatif merupakan suatu proses atau cara belajar melalui partisipasi aktif siswa dalam suatu kelompok kecil untuk bekerja sama dalam memecahkan masalah atau melaksanakan tugas tertentu.
Beberapa kajian telah mencoba mencari kemungkinan perbedaan dalam pengaruh pembelajaran kooperatif pada siswa-siswa dengan latar belakang etnik berbeda. Beberapa telah menemukan pengaruh yang cukup besar untuk siswa-siswa kulit hitam (misalnya, Slavin dan Oikle, 1081, 1977) namun, kajian-kajian lainnya telah menemukan pengaruh yang sama dari pembelajaran kooperatif untuk siswa dengan latar belakang etnik berbeda (Slavin dan Karweit, 1984; Edward dkk, 1972; Slavin. Leavy, & Madden, 1984; Sharan & shachar,1988).
Kajian-kajian lain telah mempelajari berbagai factor mungkin saling beinteraksi dengan peroleh pencapaian dalam pembelajaran kooperatif. Okebukola (1986b) dan Wheeler & Ryan (dalam Narulita 1973:90) menemukan bahwa para siswa yang lebih memilih kompetisi.
Yang terahir, kajian-kajian dalam jumlah kecil telah memperbandingkan variasi dalam prosedur kooperatif. Moody & Gifford (dalam Narulita 1990:91) menemukan bahwa sementara tidak ada perbedaan dalam perolehan pencapaian dari kelompok-kelompok yang homogen dan heterogen, pembaian siswa secara berpasangan menunjukkan pencapaian yang jauh lebih besar dalam bidang ilmu pengetahuan daripada kelompok yang terdiri atas empat atau lima orang, dan kelompok dengna jenis kelamin homogeny kinerjanya lebih baik daripada kelompok campuran. Jones (dalam Narulita 1990:91) memperbandingkan pembelajaran kooperatif yang menggunakan kompetisi kelompok dengan metode lain yang sama sekali berneda yang membandingkan kelompok dengan serangkaian standar (seperti dalam STAD). Tak ada perbedaan pencapaian, tetapi berbeda perbedaan sikap tampak pada kompetisi kelompok.

c. Pengertian pembelajaran kooperatif tipe STAD

STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Slavin (dalam Narulita, 2009: 143).
Menurut Slavin (dalam Narulita 2009:11) bahwa dalam penerapan STAD siswa dibagi 4-5 anggota kelompok belajar yang heterogen yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri, dimana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling bantu.
Skor kuis para siswa dibandingkan dengan rata-rata pencapaian mereka sebelumnya, dan kepada masing-masing tim akan diberikan poin berdasarkan tingkat kemajuan yang diraih sisaw dibandingkan hasil yang mereka capai sebelumnya. Poin ini kemudian dijumlahkan untuk memperoleh skor tim, dan tim yang berhasil memenuhi kriteria tertentu akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan lainnya. Seluruh rangkaian kegiatan, termasuk presentasi, yang disampaikan guru, praktim tim, dan kuis biasanya memerlukan waktu 3-5 periode kelas. Slavin (dalam Narulita, 2009:12)
STAD telah digunakan dalam berbagai mata pelajaran yang ada, mulai dari matematika, bahasa, seni, sampai dengan ilmu social dan ilmu pengetahuan ilmiah lain, dan telah digunakan mulai dari siswa kelas dua sampai perguruan tinggi. Metode ini paling sesuai untuk mengajarkan bidang studi yang sudah terdefinisikan dengan jelas, seperti matematika, berhitung dan studi terapan, penggunaan dan mekanika bahasa, geografi dan kemampuan peta, dan kosep-komsep ilmu pengetahuan ilmiah.

2. Unsur –unsur dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD

Ibrahim (2000) menjelaskan bahwa usur-unsur dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut:
a. Siswa dalam kelompoknya beranggapan bahwa mereka “hidup sepenanggungan”
b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya.
c. Siswa harus melihat bahwa semua anggota dalam kelompoknya memiliki tujuan bersama.
d. Siswa harus membagi tugas dan bertanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
e. Siswa diberikan kuis setelah guru memberikan presentasi sekitar satu atau dua periode praktik lain. Para siswa akan mengerjakan kuis individual dan tidak di perbolehkan untuk saling membantu.
f. Siswa dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah pernghargaan untuk semua anggota kelompoknya.

3. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Menurut Slavin (2010:143) langkah-langkah model pembelajaran kooperatif sebagai berikut :

a. Presentasi kelas.

Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi didalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering dilakukan atau didiskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetai juga bisa memasukkan presentasi audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit STAD.

b. Membentuk tim

Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyapaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Yang paling sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat keslahan.

c. Pemberian kuis

Setelah sekitar satu dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan utnuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya.

d. Skor kemajuan individual

Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik dari pada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin maksimal kepada timnya dalam system skor ini, tetapi taka da siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik.

e. Rekognisi tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untu menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.

B. TINJAUAN TENTANG MEMBACA PEMAHAMAN ISI BACAAN

Pengajaran bahasa sesuai dengan fungsi pendidikan nasional, yaitu mengembangkan warga Negara indonesia,baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota msyarakat, serta mampu mengembangkan fungsi bahasa dan kebudayaan. Berkenaan dengan hal tersebut fungsi pengajran bahasa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan dan meningkatkan kemampuan, keterampilan, teknik bahasa dalam hubungannya dengan kecerdasan akademiknya, kemampuan komunikatifnya, serta sikap yang diperlukan bagi pembangunan nasional (sihaan,, 1998 : 40) keterampilan berbahasa yang dipelajari disekolah berdasarkan kurikulum meliputi lima aspek yaitu mendengarkan atau menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan apresiasi sastra. Hal ini menunjukkan bahwa kelima aspek tersebut sangat berperan penting dalam pengajaran suatu bahasa di sekolah. Dari kelima aspek ini disebutkan salah satunya adalah keterampilam membaca.
Membaca sangat membantu proses belajar lebih efektif, karena anak yang gemar membaca akan memperoleh informasi baru dari bacaan yang dibacanya. Kemampuan membaca sangat penting dimiliki seseorang, khususnya msyarakat terpelajar, sebab dalam kehidupan bermasyarakat kemapuan ini akan semakin komplek. Seluruh aktifitas sehari-hari melibatkan kemampuan membaca. Mulai dari tanda-tanda dijalan raya sampai beribu judul dan surat kabar yang diterbitkan setiap hari. Banyaknya informasi ini menimbulkan tekanan bagi para pendidik agar lebih selektif dalam menyiapkan bacaan yang sesuai untuk siswa-siswanya. Melihat begitu pentingnya kemampuan membaca bagi siswa, maka membaca merupakan modal utama dalam proses belajar. Dengan bekal kemampuan membaca, anak akan memperoleh pengetahuan, serta mempermudah pola pikirnya untuk berfikir lebih kritis.
Selama ini pengalaman menunjukkan bahwa pengajaran membaca pemahaman (lanjut) di sekolah dasar cenderung diabaikan. Banyak anggapan bahwa pengajaran membaca telah berakhir ketika seorang siswa dapat membaca dan menulis permulaan yang dilaksanakan di kelas I dan kelas II sekolah dasar (Rohim, 2005 :1). Pada jenjang yang lebih tinggi pengajaran membaca lanjut belum mendapat perhatian serius. Sedangkan bagi kelas V seharusnya telah melewati kemampuan recording dan decoding yaitu pada tingkat memahami makna. Karena kemampuan membaca tidak hanya sekedar menyuarakan bunyi-bunyi bahasa dalam suatu teks bacaan, tetapi membaca melibatkan pemahaman, memahami apa yang di baca, apa maksudnya dan apa implikasinya. Ketika siswa mengalami kesulitan memahami suatu teks bacaan, tugas membaca semakin kompleks sebab suatu teks dapat dipelajari dan diterapkan dalam kehidupan, jika siswa dapat memahami isinya.
Pemahaman seorang terhadap bacaan dapat dipengaruhi berbagai hal, diantaranya adalah kemampuan membaca seorang itu sendiri, tingkat konsentrasi, perbendaharaan kosa kata, dan sebagainya. Begitu halnya dengan siswa, ketiga aspek di atas sangat dipengaruhi daya pemahamannya.
Citra bahasa yang selama ini kurang mendapat perhatian siswa, sangat berpengaruh terhadap pengajaran membaca dan keterampilan siswa dalam membaca bacaan berbahasa Indonesia. Siswa sering mengalami kesulitan memahami bacaan berbahasa Indonesia, karena selain kurangnya referensi bacaan berbahasa Indonesia untuk sekolah dasar, juga karena kesulitan dalam membedakan antara tulisan dengan ucapannya. Rendahnya keterampilan membaca siswa terhadap bacaan berbahasa Indonesia sangat kurang, terutama pada keterampilan membaca pemahaman. Untuk itu dipilihlah strategi model STAD sebagai salah satu usaha untuk memperbaiki rendahnya keterampilan membaca siswa. Strategi ini merupakan strategi untuk pengajaran membaca pemahaman isi bacaan. Stratergi ini lebih memfokuskan keterlibatan siswa dengan diskusi, karena siswa memprediksi dan membuktikannya dengan membaca.
Membaca pemahaman adalah merupakan sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami menurut cara dalam Wiryodijoyo (1989 :1), membaca pemahaman adalah 2 tingkat proses penerjemahan, pengarang menulis kode dan pembaca mengartikan kode. Sedangkan menurut Zint dalam Wiryodijoyo (1989:11) adalah kemampuan menerjemahkan kata-kata penulis sehingga menimbulkan pikiran-pikiran atau ide-ide yang berguna bagi pembaca, seperti yang terkandung dalam bacaan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman adalah suatu proses membaca yang bertujuan untuk memahami ide-ide bacaan. Jadi dalam kegiatan ini pembaca tidak hanya dituntut untuk tahu isi bacaan namun memahami isi bacaan, memahami artinya mengerti, mampu menafsirkan, menganalisis, mengartikan dan meramalkan atau mengevaluasi.

C. PENERAPAN PEMBELAJARAN METODE KOOPERATIF TIPE STAD DALAM KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN

No Langkah-langkah Aktifitas guru Aktiitas siswa

1 Presentasi kelas

Guru memperkenalkan dalam presentasi didalam kelas. Tujuan pelajaran yaitu diharapkan siswa dapat / mampu memahami bacaan yang mereka baca siswa memperhatikan dan faham tentang tujuan pembelajaran yang harus dicapai

2 Membentuk tim

Guru membentuk tim tiap tim terdiri dari 4-5 siswa yang mewakili seluruh bagian kelas dalam hal kinerja akademis, jenis kelamin, ras dan etnisitas Siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran

3 Pemberian kuis

Guru memberikan kuis pada siswa sekitar satu atau dua periode setelah guru mempresentasikan sekitar satu atau dua periode praktik tim. Dan para siswa akan mengerjakan kuis individual Siswa mengerjakan kuis yang telah diberikan oleh guru secara individual dan tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis

4 Skor kemajuan individual

Guru memberikan skor awal yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. siswa dapat memberikan kontribusi poin untuk tim mereka berdasarkan kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka

5 Rekognisi tim

Guru memberikan pernghargaan pada siswa yang mempunyai hasil belajar baik dari skor yang mereka capai dengan kriteria tertentu
Dengan adanya penghargaan dari guru diharapkan siswa menjadi lebih rajin untuk belajar




BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari paparan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa salah satu pembelajaran kooperatif dapat diterapkan di sekolah-sekolah pada pembelajaran bahasa tentang keterampilan memahami isi bacaan yaitu pembelajaran kooperatif tipe STAD, karena pembelajaran ini sangat tepat dan efektif untuk meningkatkan keterampilan yang dimiliki ileh setiap siswa. Selain itu, juga akan melatih siswa untuk belajar lebih efektif, kreatif, saling bekerjasama dalam memberikan pendapat dengan teman-temannya untuk memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan memahami isi bacaan. Penerapan penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap kemampuan memahami isi bacaan di terapkan melalui beberapa langkah :
Langkah I : Presentasi kelas.
Langkah II : Membentuk tim
Langkah III : Pemberian kuis
Langkah IV : Skor kemajuan individual
Langkah V : Rekognisi tim

B. SARAN

Untuk menghasilkan suatu pembelajaran yang tepat dan efektif dalam meningkatkan keterampilan yang dimiliki oleh setiap siswa. Selain itu, juga akan melatih siswa untuk belajar aktif, efektif, kreatif, saling bekerjasama dalam memberikan pendapat dengan teman-temannya untuk memecahkan suatu masalah contohnya saja dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang berkaitan dengan kemampuan memahami isi bacaan. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD perlu lebih serig digunakan, karena suasana positif yang timbul akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencintai pelajaran dan sekolah / guru. Selain itu, siswa akan merasa terdorong untuk belajar dan berpikir.








DAFTAR PUSTAKA

Slavin, E, Robert. 2010. Cooperative learning. Bandung; Nusa Media
Wiryodijoyo, suwaryo.1989. membaca : strategi, pengantar, dan tekniknya. Jakarta : depdikbud
Ibrahim, Muslimin dkk.2000. pembelajaran kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya
Harjasujana, Akhmad Slamet, & Mulyati, Yeti. 1996. Membaca 2. Jakarta : depdikbud
Tarigan, henry Guntur. 1983. Membaca: sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung : angkasa.